Kaget! 27 Anak di Tembilahan Keracunan Makanan BMG, DPRD Riau Sebut Ini PR Besar Pemerintah

KILASRIAU.com – Sebanyak 27 siswa-siswi di Kota Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Provinsi Riau, mengalami keracunan makanan diduga akibat makanan yang disalurkan melalui program Bantuan Makanan Gratis (BMG) SPPG Kembang.
Insiden ini memicu keprihatinan banyak pihak, salah satunya Anggota DPRD Provinsi Riau dari Dapil Inhil, H. Ikbal Sayuti.
Ikbal Sayuti menyayangkan insiden keracunan pada Sabtu (23/8) yang menimpa anak-anak sekolah tersebut.Berdasarkan data dari RSUD Puri Husada Tembilahan, per Sabtu siang, 27 anak masih dirawat.
- DPRD Apresiasi Aspirasi Mahasiswa, Janji Tindaklanjuti Tuntutan
- HMI Cabang Tembilahan: Brutalitas Aparat dan Ketamakan DPR RI Biangkerok Tragedi Pejompongan
- PKB: Komitmen Nyata Indonesia Menjunjung HAM
- Polemik Royalti Musik, Pemerintah Harus Pertemukan Musisi, Pelaku Usaha, dan LMKN
- Kejahatan WNA di Bali Memprihatinkan, Ditjen Imigrasi Turunkan Satgas
Direktur RSUD, Rahmad Susanto, merinci korban berasal dari SD 032 (18 orang), SD 008 (5 orang), SD Muhammadiyah (1 orang), SMA Negeri 1 Kota (1 orang), TK Faturrahman (1 orang), dan keluarga petugas program MBG (1 orang).
Menurutnya, program BMG yang digagas pemerintah pusat seharusnya memberikan makanan bergizi dan aman untuk konsumsi, bukan malah menimbulkan masalah kesehatan bagi anak-anak.
"Hasil pemeriksaan sampel makanan dan muntahan menunjukkan adanya bakteri Escherichia coli (E. coli) pada mie, sayuran, dan orak-arik telur yang diberikan kepada anak-anak. Ini sangat disayangkan karena program ini seharusnya menjadi solusi untuk memastikan gizi anak-anak, bukan menimbulkan keracunan," ujar Ikbal saat ditemui, Senin (25/8/2025).
Lebih lanjut, Ikbal mengungkapkan dirinya juga mendapatkan laporan adanya makanan yang sudah berlendir dan berbau tidak sedap sebelum didistribusikan ke sekolah-sekolah. Hal ini tentu menjadi perhatian serius karena kualitas makanan seharusnya diperiksa secara ketat sebelum sampai ke tangan para siswa.
"Kalau sudah begini, tentu orang tua yang menitipkan anaknya ke sekolah akan merasa khawatir dan takut. Saya sebagai putra daerah juga berharap agar kejadian ini tidak terulang lagi. Pemerintah harus benar-benar memperhatikan kualitas makanan yang disalurkan, jangan asal-asalan," tegas Ikbal.
Politisi partai PPP tersebut menegaskan pentingnya uji mikrobiologi sebagai bagian dari prosedur pengecekan kualitas makanan sebelum didistribusikan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya kontaminasi bakteri E. coli, yang merupakan penyebab utama keracunan tersebut. Namun, kabar baiknya, kondisi 27 siswa yang keracunan kini mulai membaik setelah mendapatkan perawatan medis.
"Saya bersyukur mendengar kondisi anak-anak membaik. Tapi ini harus menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Program bapak presiden harus bisa berjalan dengan baik sesuai harapan, yakni memastikan anak-anak mendapatkan makanan bergizi dan sehat," kata Ikbal.
Kasus keracunan makanan ini juga menarik perhatian nasional karena menyangkut program pemerintah pusat yang diharapkan mampu mengentaskan masalah gizi anak-anak di Indonesia. Berbagai pihak pun mengingatkan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan program bantuan pangan.
Dengan kejadian ini, diharapkan menjadi momentum perbaikan sistem penyaluran makanan bergizi di seluruh daerah agar program pemerintah dapat berjalan sesuai tujuan tanpa mengorbankan kesehatan anak-anak.
Tulis Komentar